Susahnya
Mencari Rezeki di Kota Jakarta
Di tengah
Ibu Kota Jakarta yang padat dan ramai. Tidak semua masyarakat Kota Jakarta
mencari rezeki secara halal dengan cara bekerja dikantor yang di gedung-gedung
yang tinggi. Tetapi banyak sebagian orang yang mencari rezeki secara dengan bekerja
sebagai kuli bangunan, office boy, yukang becak,dan lain-lain. Semua itu ia
lakukan demi keluarganya untuk makan dan hidup sehari-hari. Kebanyakan orang
juga ada yang datang dari desa ke Jakarta alasannya untuk mencari pekerjaan
yang lebih layak guna mendapatkan rezeki yang lebih berlimpah. Namun apa daya
pendidikan yang ia miliki tidak cukup untuk hidup di Ibu Kota Jakarta. Sebelumnya
memang ia sudah bekerja sebagai petani di desa, tetapi apakah mungkin mereka bisa
menjadi kuli bangunan,office boy,tukang becak, dan lain-lain? Ya, mereka bisa
saja mendapatkan profesi tersebut, tetapi itu sulit baginya. Karena pekerjaan
itu harus mempunyai pendidikan yang sederajat. Selain mempunyai pendidikan
mereka juga harus memiliki skill atau kemampuan.
Jadi,
mereka terpaksa untuk bekerja sebagai pengamen,pengemis, atau pemulung. Semua mereka
lakukan untuk hidup di Kota Jakarta ini. Mereka tidak peduli apapun resikonya. Yang
mereka pikirkan hanyalah yang penting halal dalam mencari rezeki. Mereka juga
tidak mempunyai tempat tinggal. Apalagi tempat tingggal untuk makan sehari-hari
saja susah. Mereka terpaksa tinggal dikolong jembatan dengan alas tidur
seadanya yaitu kardus bekas. Tidak semua pengamen,pengemis,atau pemulung
tinggal dikolong jembatan. Ada juga pemulung yang tinggal di gerobak yang biasa
ia pakai untuk mulung.
Hari demi
hari mereka lewatkan demi sesuap nasi. Terkadang anak mereka juga menjadi
korbannya untuk menjadi pengamen,pengemis atau pemulung. Sebagian anak mereka
bekerja seusai pulang sekolah. Tetapi kebanyakan anak-anaknya tidak sekolah
karena tidak mempunyai biaya untuk sekolah. Biasanya anak kecil yang bekerja
sebagai pengamen,pengemis, atau pemulung lebih banyak mendapatkan uang. Karena orang-orang
lebih kasihan melihat mereka bekerja seperti itu. Hasil uang bekerjanya
anak-anak ia setorkan kepada Ibu dan Bapaknya masing-masing. Tetapi ada juga
menyetorkan uangnya kepada orang lain yang menyuruh ia mengemis. Ada juga orang
yang menyewakan anak balita untuk diajak mengemis biayanya kira-kira kurang
lebih sebesar Rp. 20.000 per hari. Tidak hanya penyewaan balita saja, ada
sebagian pengemis yang berpura-pura cacat untuk menarik perhatian banyak orang
agar lebih kasihan lagi melihatnya.
Salah
satu berita di Tv menjelaskan tentang nenek-nenek yang baru saja datang dari
kampung ke Kota Jakarta untuk bekerja sebagai pengemis. Lalu nenek tersebut di
wawancarai oleh reporter berita itu. Baru satu bulan ia hidup di Jakarta, ia
bisa mendapatkan penghasilan sebesar Rp. 3.500.000 per bulan hanya dengan
mengemis. Mungkin orang-orang merasa kasihan melihat nenek tersebut yang sudah
tua mencari rezeki sendiri di Kota Jakarta. Akhirnya nenek tersebut seusai di
wawancarai ia diajak tinggal di Panti Jompo di Daerah Jakarta Pusat guna
mendapatkan tempat tinggal yang lebih layak dan makanan yang sehat.
Itulah cerita pendek saya tentang Realita Sosial
dengan Judul Susahnya Mencari Rezeki di
Kota Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar