Rabu, 16 Oktober 2013

Realita Sosial


Susahnya Mencari Rezeki di Kota Jakarta
          Di tengah Ibu Kota Jakarta yang padat dan ramai. Tidak semua masyarakat Kota Jakarta mencari rezeki secara halal dengan cara bekerja dikantor yang di gedung-gedung yang tinggi. Tetapi banyak sebagian orang yang mencari rezeki secara dengan bekerja sebagai kuli bangunan, office boy, yukang becak,dan lain-lain. Semua itu ia lakukan demi keluarganya untuk makan dan hidup sehari-hari. Kebanyakan orang juga ada yang datang dari desa ke Jakarta alasannya untuk mencari pekerjaan yang lebih layak guna mendapatkan rezeki yang lebih berlimpah. Namun apa daya pendidikan yang ia miliki tidak cukup untuk hidup di Ibu Kota Jakarta. Sebelumnya memang ia sudah bekerja sebagai petani di desa, tetapi apakah mungkin mereka bisa menjadi kuli bangunan,office boy,tukang becak, dan lain-lain? Ya, mereka bisa saja mendapatkan profesi tersebut, tetapi itu sulit baginya. Karena pekerjaan itu harus mempunyai pendidikan yang sederajat. Selain mempunyai pendidikan mereka juga harus memiliki skill atau kemampuan.
          Jadi, mereka terpaksa untuk bekerja sebagai pengamen,pengemis, atau pemulung. Semua mereka lakukan untuk hidup di Kota Jakarta ini. Mereka tidak peduli apapun resikonya. Yang mereka pikirkan hanyalah yang penting halal dalam mencari rezeki. Mereka juga tidak mempunyai tempat tinggal. Apalagi tempat tingggal untuk makan sehari-hari saja susah. Mereka terpaksa tinggal dikolong jembatan dengan alas tidur seadanya yaitu kardus bekas. Tidak semua pengamen,pengemis,atau pemulung tinggal dikolong jembatan. Ada juga pemulung yang tinggal di gerobak yang biasa ia pakai untuk mulung.
          Hari demi hari mereka lewatkan demi sesuap nasi. Terkadang anak mereka juga menjadi korbannya untuk menjadi pengamen,pengemis atau pemulung. Sebagian anak mereka bekerja seusai pulang sekolah. Tetapi kebanyakan anak-anaknya tidak sekolah karena tidak mempunyai biaya untuk sekolah. Biasanya anak kecil yang bekerja sebagai pengamen,pengemis, atau pemulung lebih banyak mendapatkan uang. Karena orang-orang lebih kasihan melihat mereka bekerja seperti itu. Hasil uang bekerjanya anak-anak ia setorkan kepada Ibu dan Bapaknya masing-masing. Tetapi ada juga menyetorkan uangnya kepada orang lain yang menyuruh ia mengemis. Ada juga orang yang menyewakan anak balita untuk diajak mengemis biayanya kira-kira kurang lebih sebesar Rp. 20.000 per hari. Tidak hanya penyewaan balita saja, ada sebagian pengemis yang berpura-pura cacat untuk menarik perhatian banyak orang agar lebih kasihan lagi melihatnya.
          Salah satu berita di Tv menjelaskan tentang nenek-nenek yang baru saja datang dari kampung ke Kota Jakarta untuk bekerja sebagai pengemis. Lalu nenek tersebut di wawancarai oleh reporter berita itu. Baru satu bulan ia hidup di Jakarta, ia bisa mendapatkan penghasilan sebesar Rp. 3.500.000 per bulan hanya dengan mengemis. Mungkin orang-orang merasa kasihan melihat nenek tersebut yang sudah tua mencari rezeki sendiri di Kota Jakarta. Akhirnya nenek tersebut seusai di wawancarai ia diajak tinggal di Panti Jompo di Daerah Jakarta Pusat guna mendapatkan tempat tinggal yang lebih layak dan makanan yang sehat.
Itulah cerita pendek saya tentang Realita Sosial dengan Judul  Susahnya Mencari Rezeki di Kota Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar